BAB I
PENDAHULUAN
Hutan-hutan mangrove (Bakau) menyebarluas yang di bagian yang cukup panas didunia, terutama di sekeliling khatulistiwa, diwilayah Tropika, dan sedikit daerah sudtropis, indonesia memiliki iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi dan hampir sebagian besar perairannya relatif tenang sehingga menjadi tempat yang cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan Mangrove.
Indonesia memiliki banyak jenis dan luasan kawasan mangrove yang terbesar hampir diseluruh wilayah provinsi sehingga menyandang pedikat terluas (2,5 – 4,5 Juta Hektar) didunia. Indonesia memiliki ekosistem mangrove dengan keragaman hayati yang tertinggi di dunia dengan jumlah total ± 89 Spesies yang terdiri atas 35 Spesies tanaman, 9 Spesies perdu, 9 Spesies Liana, 29 Spesies epifit dan 2 Spesies Parasitik.
Kondisi mangrove saat ini memprihatinkan, di buktikan di luar ekosistem mangrove yang menurun dari 5,21 Juta hektar antara 1982-1987 menjadi 3,24 Juta hektar dan semakin menyusut menjadi 2,5 juta hektar pada 1993. bahkan, data lain menunjukkan bahwa lebih dari 50% potensi mangrove Indonesia mengalami kerusakan.
Ekosistem Mangrove indonesia potensial mendapat tekanan dar kegiatan manusia dan pembangunan, terlebih karena daerah pesisir merupakan wilayah yang memiliki tingkat aktivitas perekonomian tinggi. Hal itu karena adanya banyak kepentingan, seperti aktivitas manusia, pembangunan, budidaya, perairan, infranstruktur pantai pelabuhan, industri pusat perdagangan dan perumahan, penambangan minyak lepas pantai, dan pariwisata.
BAB II
LATAR BELAKANG
Ekositem Mangrove merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Ekosistem Mangrove terdapat di sepanjang pantai yang terlindung dari muara sungai yang merupakan komunitas tumbuhan pantai yang didominasi oleh beberapa jenis Mangrove jika Mangrove tidak di jaga dengan baik maka Mangrove akan Rusak oleh tidak teraturnya manajemen daerah aliran sungai (DAS) dan pencemaran dari Industri dan rumah tangga.
Akan tetapi penyebab utama dari berkurangnya ekosistem Mangrove adalah konversi Mangrove menjadi kawasan budidaya yang tidak terkendali dan penebangan Mangrove untuk bahan baku industri kayu di tambah munculnya anggpan masyarakat bahwa hutan Mangrove adalah sumber daya yang kuyrang berguna sehingga berpendapat sebaiknya dokonversikan untuk keperluan lain.
Faktor-faktor yang menyebabkan serusakan Mangrove adalah sebagai berikut:
1. Alokasi pemanfaatn ruang yang kurang mengindah integritas ekosistem Mangrove
2. Pelanggran terhadap mekanisme perizinan dalam pengelolaan ekosistem Mangrove
3. Kurangnya keterpaduan pengelolaan sumber daya
4. Ketimbangan dalam pelibatan Masyarakat
Damfak kerusakan Ekosistem Mangrove adalah sebagai berikut :
1. Damfak fisik yang dapat dapat dirasakan antara lain Erosi pantai, abrasi pantai kerusakan perumahan dan harta milik akibat badai dan industri air laut.
2. secara Ekologi, kerusakan ekosistem Mangrove mengakibatkan menurunnya kesuburan perairan dan kualitas perairan pesisir.
3. Bagi perikanan pesisir, kerusakan Mangrove akan mengakibatkan Hal-hal berikut:
a. Menurunnya Stok sumber daya ikan, termasuk penyediaan benih alami.
b. Menurunnya kualitas air laut yang akan digunakan sebagai media budidaya tambak dan karamba
c. Menurunnya hasil tangkapan Nelayan setempat.
d. Hilangnya sumber bahan bakar kayu, tiang rumal / Kapal, sumber protein dari karang, kepiting, dan moluska lain.
e. Hilangnya perlindungan dari angin dan badai.
f. Hilangnya keindahan wilayah pantai dan potensi lainnya.
Kondisi demikian seharusnya tidak boleh didiamkan begitu saja, harus ada upaya menumbuhkan kembali dan melestarikan .
BAB III
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengertian ekosistem Mangrove dan pengelolaannya.
2. Untuk mengetahui pemanfaatan ekosistem Mangrove
3. Untuk mengeahui penanaman dan lokasi penanaman Mangrove
4. Untuk mengetahui pemeliharaan Mangrove setelah di tanam.
BAB IV
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ekosistem Mangrove dan pengelolaannya ?
2. Apa manfaat dari ekosistem Mangrove ?
3. Bagaimana cara penanaman dan lokasi penanaman Mangrove?
4. Bagaiaman cara pemeliharaan Mangrove setelah di tanam ?
BAB V
PEMBAHASAN
V.1 EKOSISTEM MANGROVE
A. Pengertian
Ekosistem Mangrove merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Ekosistem Mangrove terdapat di sepanjang pantai yang terlindung dari muara sungai yang merupakan komunitas tumbuhan pantai yang didominasi oleh beberapa jenis Mangrove, secara umum, hutan mangrove dapat di devinisikan sebagai suatu sistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (Pantai Laguna dan Muara sungai) yang tergenang pasang dan terbebas dari air laut.
Tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang bersifat Holophyte atau mempunyai Toleransi tinggi terhadap tingkat keasinan air laut dan pada umumnya bersifat alkalin. Hutan Mangrove di Indonesia sering juga di sebut hutan bakau, secara biologis menyangkut Rantai makanan, ekosistem Mangrove merupakan produsen primer melalui serasah yang di hasilkan.
B. Flora dan Fauna Hutan Mangrove
1. Flora hutan Mangrove
Flora hutan Mangrove sangat bervariasi, tetapi pada umunya adalah Flora yang bersifat Holophyte
2. Fauna Hutan Mangrove
Fauna hutan Mangrove juga sangat beragam, mulai dari hewan-hewan Vertebrata, seperti ikan, burung, amfhibi, dan ular. Jenis hewan invertebrata, seperti seranga, Udang-udangan, muluska (Siput).
V.2 PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE
A. Kebijakan Pengelolaan
Pengelolaan hutan Mangrove di atur dalam UU No.45 tahun 1999 tentang kehutanan. Dalam pasal 2 disebutkan bahwa Mangrove merupakan ekosistem hutan sehingga pemerintah bertanggung jawab dalam pengelolaan yang berazaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterpaduan dan keter bukaan.
Rehabilitas Mangrove merupakan salah satu kegiatan rehabilitas hutan dan lahan (RHL) yang di laksanakan pada daerah pesisir yang bertujuan untuk memulihkan kembali kawasan hutan Mangrove.
Tujuan mendasarkan dari pengelolaan ekosistem Mangrove adalah untuk meningkatkan Konservasi, rehabilitasi, dan pemanfaatn keberlanjutan Ekosistem Mangrove.
B. Pengelolaan Ekosistem
Pengelolaan ekosistem Mangrove adalah bagian pengelolaan sumber daya pesisir laut. Siklus pengelolaan Ekosiistem Mangrove terdiri atas beberapa tahap yang akan mengarah pada pencapaian hasil.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah tahapan penyususnan strategis atau kegiatan-kegiatan yang akan di laksanakan untuk mengatasi isu-isu pengelolaan sumber daya ekosistem Mangrove.
2. Pelaksanaan Awal
Pelaksanaan awal merupakan serangkaian kegiatan yang di laksanakan masyarakat dalam mendukung program jangka panjang.
3. Adopsi Program / persetujuan dan pendanaan
Rencana pengelolaan yang telah di susun sebelum kemusdian di serahkan pada pemangku kepentingan untuk kemudian disosialisasikan pada masyarakat setempat
4. Pelaksanaan
Masyarakat sebagai pengelolaan sumber daya utama selanjutnya melaksanakan kegiatan yang telah di rencanakan
5. Pengawasan dan Evaluasi
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai batas dan luas, formasi vegetasi , kerapatan, tingkat pemanfaatn, dan tingkat keriusakan Mangrove .
V. 3 PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE
A. perikanan
Kegiatan perikanan , baik tangkap maupun budi daya yang berhubungan dengan ekosiistem Mangrove sangat penting dalam menyediakan sumber Protein dan mata pencarian bagi masyarakat di pesisir. Ekosisitem Mangrove merupakan enghasil sejumlah besar Dettritus bagi Plankton yang merupak sumber makanan utama biota laut.
B. PerlindunganPesisir
Upaya perlindungan terhadap garis pantai pada umumnya di lakukan untuk melindungi berbgai bentuk penggunaan lahan, seperti permukiman, daerah industri. Daerah budidaya pertanian maupun perikanan, dan daerah perdagangan yang berada di sekitar pantai dari ancaman erosi.
Mangrove juga berfungsi sebagai penedam gelombang dan angin, perlindungan dari abrasi dan pengikisan pantai oleh air laut, penahan lumpur dan perangkap penghadang sedimen, bahkan Mangrove juga dapat sebagai perlindungan sacara alami dari bahaya Tsunami.
C. Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang tumbuh cepat dan pasat, Ekosisitem Mangrove tidak lepas dari potensi ini, hakekat yang unik dan keragam hayati merupakan daya tarik sekaligus peluang dari kegiatan Wisata maupun pendidikan. Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti Burung , Biawak, Ular, dan Monyet, Kawasan Mangrove dapat dijadikan tempat wisata yang menarik di kunjungi. Selain mendapatkan pemandangan , wisatawan juga dapat mengenal tentang Flora dan Fauna hutan Mangrove.
V. 4 PENANAMAN MANGROVE
Kegiatan penanaman Mangrove mencakup penentuan lokasi penanaman, pemeliharaan jenis pada setiap tapak, persiapan lahan, dan cara penanaman.
A. Penentuan Lokasi Penanaman
Lokasi penanaman Mangrove adalah lahan yang secara teknis (fisik, Kimia, dan Biologis) cocok untuk tanaman Mangrove yang akan di tanam tumbuh dan berkembang dengan baik. Lokasi penanaman merupakan lahan yang sangat menguntungkan bagi perkembangan ekosistem Mangrove dan di sepakati seluruh pihak yang kepentingan, terutama Masyarakat setempat. Lokasi penanaman Mangrove biasanya di lakukan di tepi pantai yang mengandung Substart Lumpur, tepian sunagi yang masih berpengaruh air laut, dan tanggul saluran air tambak.
Secara Teknis, Mangrove dapat di tanam pada daerah berikut :
1. Pantai dengan lebar 13o rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah yang diukur dari garis pantai air surat terendah kea rah pantai
2. Tepian sungai sebesar 50 m kearah kiri dan kanan terpian sungai yang masih terpengaruh air laut.
3. Tanggul, peralatan dan pinggiran saluran air dan dari tambak
Faktor – factor yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi penanaman mangrove antara lain sebagai berikut :
4. Tiper Subtrat
Tipe subtrat merupakan factor penting dalam penentuan jenis mangrove yang akan ditanam. Dalam satu jenis tertentu dalam penentuan terdapat satu jenis subtrat atau terdiri atas beberapa jenis subtrat.
1. Lumpur
Karakteristik yang baik untuk tanaman mangrove adalah lumpur yang berasal dari komposisi organic dan anorganik.
2. Barbatuan atau Koral
Pada lokasi ini sangat sedikit di temukan lumpur atau sediment sehingga tidak disarankan untuk dilakukan penanaman.
3. Berpasir
Subtrat berpasir terdiri dari butir-butir kecil batuan atau koral denga garis tengah kurang dari 2 mm. Pada lumpur kedalaman pasir dapat mencapai beberapa meter.
4. Kotoran dan Serasah
Muck adalah campuran dari lumpur, serash daun, dan dahan batang kayu yang telah membusuk.
b. Spesies Setempat
Pengetahuan tentang jenis mangrove disekitar lokasi penting diketahui untuk memelihara jenis yang sesuai dilokasi tersebut.
c. Tinggi Pasang Surut
Seperti halnya subtrat, pengetahuan tentang pasang surat sebagai factor biofisik merupakan hal yang penting untuk diketahui. Hal-hal yang perlu diketahui adalah tinggi pasang surut harian (surut rendah, surut tinggi, pasang terendah dan pasang tertinggi).
B. Pemilihan Jenis Pada Setiap Tapak
1. Ketersediaan Benih / Bibit
Ciri-ciri benih / bibit yang siap untuk ditanam sebagai berikut :
Tidak terserang hama penyakit
Tidak layu
Jumlah daun minimal
Ukuran bibit menimal
3. Pemilihan jenis yang sesuai
Jenis pada setiap tepat adalah sebagai berikut :
1. Bakau (Rhizophora spp.) dapat tunbuh subur baik pada subtrat berlumpur
2. Api-api (Avicennia spp) lebih cocok ditanam pada subtrat pasir berlumpur
3. Gogem (Sonneratiab spp). Dapat tumbuh baik pada subtrat lumpur
4. Tajang (Bruguiera spp) dapat tumbuh dengan baik pada subtrat yang lebih keras yang terletak kearah darat
5. Nyirih (Xylocarpus granatum)
C. Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang perlu dilakukan sebelum penanaman sebagai berikut:
1. Membuat jalur tanam searah garis pantai dan dibersihkan dari tumbuhan liar selebar 1 mm. Sebelum ditanami, lahan yang akan ditanami harus dibersihkan dari sisa tebangan tanaman, akar-akar tanaman, dan sampah-sampah.
2. Masing-masing ajir-ajir menggunakan patok-patok kayu atau bambu.
D. Cara Menanam
Penanaman mangrove dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu penanaman langsung menggunakan buah dan melalui persemaian bibit. Metode penanaman langsung memiliki kebersihan tumbuh rendah, 20 -30 %, sedang yang melalui persemaian bibit tingkat kebersihan tumbuhannya relative tinggi, kurang lebih 60 – 80 %.
E. Sistem Penanaman Mangrove
Sistem penanaman mangrove terdapat dua system penanaman, yaitu system banjar harian dan system tumpang sari atau yang dikenal dengan system wanamina (sylvofisheries).
V.5. PEMELIHARAAN MANGROVE
A. Upaya Pemeliharaan
Pemeliharaan mangrove yang telah ditanam harus dilakukan secara rutin dan seksama. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pemeliharaan mangrove setelah ditanam adalah sebagai berikut :
1. Penyiangan dan Penyulaman
Penyiangan dan penyulaman mangrove yang telah tanam dilakukan setelah tiga bulan penanaman. Pada lokasi penanaman yang agak tinggi atau frekuensi genangan air pasang kurang, perlu mendapat perhatian yang lebih intensif dalam hal penyiangan dan penyulaman.
2. Penjarangan
Penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang ideal bagi mangrove agar dapat tumbuh dan berkembang.
3. Perlindungan Tanaman
Perlindungan mangrove dari hama yang merusak perlu dilakukan mulai dari pembibitan sampai anakan supaya pertumbuhannya dapat berlangsung baik.
B. Permaslahan dan Kendala Pemeliharaan
Permasalahan dan kendala yang terjadi dalam pengelolaan tanaman mangrove adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan yang kurang matang karena sempitnya waktu, mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan.
2. Kurangtepat dalam mengidentifikasi para pemangku kepentingan
3. Sosialisasi, apresiasi dan penyuluhan kepada masyarakat tidak maksimal
4. Kesalahan penanaman, seperti pemeliharaan jenis dan penggunaan teknik penanaman yang tidak sesuai dengan karakteristik lokasi.
5. Kegiatan aktivitas masyarakat, terutama nelayan dan transportasi yang tinggi menggunakan kegiatan penanaman.
6. Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi penanaman
7. Rendahnya tingkat kepedulian dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan penanaman mangrove.
BAB VI
KESIMPULAN
Mangruve merupakan hutan bakau yang merupakan kesatuan ekosistem peralihan antara darat dan laut.
Mangruve menyimpan berbagai manfaat yang dibutuhkan manusia dan makhluk hidup lain, tetapi akan mengakibatkan bencana jika rusak. Pemanfaatan dan pengelolaan yang bijak tentang hutan mangrove akan memberikan keuntungan bag manusia dan berbagai makhluk hidup di hutan mangrove.
BAB VII
SARAN atau KRITIK
Karena mangrove merupakan salah satu ekosistem lingkungan, diharapkan manusia selalu menjaga, dan merawatnya agar terjaga keseimbangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2005. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Direktorat Bina Pesisir. Ditjen KP3K Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Noor, Y.S. M. Khazali, dan I.N.N. Suryadi Putra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/ WIIP. Bogor