KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al Kitab kepada hamba-Nya, dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. Dengan petunjuk-Nya yang mulia itu, Dia membimbing manusia dari lembah kehinaan yang berlumuran dosa menuju lembah kemuliaan yang dipenuhi pahala dan ridlo-Nya.
Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besasrnya kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu proses rampungnya makalah ini. Semoga tercatat di sisi Allah sebagai amal saleh bagi mereka. Amin.
Penyusun menyadari, bahwa walaupun segenap kemampuan telah tercurah demi kesempurnaan makalah ini. Namun tak dapat dipungkiri bahwa penyusunan makalah ini tak terlepas dari berbagai kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, harap kritik dan sarannya demi perbaikan dalam penyusunan makalah berikutnya.
Dan semoga makalah ini mampu menambah wawasan dan manfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Batasan Masalah 2
D. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Kepribadian Guru 3
B. Kepribadian Guru Madrasah Ibtida'iyah 7
C. Kepribadian Guru Madrasah Tsanawiyah 7
D. Kepribadian Guru Madrasah Tsanawiyah 8
E. Komponen-Komponen Kompetensi Pribadi 8
BAB III PENUTUP 16
A. Kesimpulan 16
Daftar Pustaka 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses beiajar mengajar, guru menempati posisi penting dan penentu berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu proses pembelajaran. Sekalipun proses pembelajaran telah menggunakan berbagai model pendekatan dan metode yang lebih memberi peluang siswa aktif, kedudukan dan peran guru tetap penting dan menentukan.
Dalam sebuah ungkapan bahasa Arab dinyatakan, "ath-thoriqotu ahammu minal maadah, wal mudarrisu ahammu min kulli sya’i " (Metode atau cara pembelajaran lebih penting daripada materi pembelajaran, dan guru lebih penting dari segalanya). Ungkapan ini mengandung makna bahwa seorang guru harus menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan. Lebih baik dari itu, penguasaan metode pembelajaran oleh seorang guru memiliki arti lebih penting lagi dan menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran dari pada hanya penguasaan materi. Di atas itu semua, posisi dan peran guru jauh lebih penting dan menentukan atas segalanya. Materi, metode, media, dan sumber pembelajaran, semuanya menjadi tidak bermakna apabila guru tidak mampu memerankan tugasnya dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran latar belakang masalah yang kami uraikan diatas, maka rumuasan masalah yang menjadi pokok pembahasan ini yaitu :
1. Apa Pengertian Kepribadian Guru ?
2. Serta Bagaiamanakah Karakteristik Kepribadian Guru Di MI, MTS, Dan MA?
3. Apa Saja Komponen -Komponen Yang Ada Dalam Kepribadian Guru?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari kemungkinan melebarnya masalah pada saat dalam diskusi berlangsung, untuk itu kami sebagai penyusun makalah memberi batasan masalah yang hanya berkisar pada pengertian kcpribadian guru PAl dan komponen kompetensi guru.
D. Tujuan
Disamping itu adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui sejauh mana seorang guru PAI dapat berkompetensi dalam mendesain dan melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan anak didiknya yaitu dengan membangun karakteristik yang emosional dan spritual dalam membentuk keimanan dan ketaqwaan, sesuai dengan yang diharapkan agar dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi peserta didik kelak, sekaligus tujuannya adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah yang diberikan oleh dosen pengampu dalam mata kuliah kompetensi guru PAI yaitu Suyitno, M.Pd.I Semoga dengan adanya kompetensi guru tersebut bisa menjadi acuan bagi tercapainya salah satu tujuan bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian Guru
Faktor terpenting dari seorang guru adalah kepribadiannya. Karena dengan kepribadian itulah seorang guru bisa menjadi seorang pendidik dan pembina bagi anak didiknya atau bahkan malah sebaliknya akan menjadi perusak dan penghancur bagi masa depan anak didiknya. Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak, sulit dilihat dan tidak bisa diketahui secara nyata yang dapat diketahui yaitu hanyalah penampilan dari segi luarnya saja yaitu misalnya : dalam tindakannya, ucapannya, cara bergaul, berpakaian dan menghadapi segala persoalan atau masalah baik yang ringan ataupun yang berat.
Kepribadiaan adalah sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalu dikatakan pola sikap itu sudah berlaku terus-menerus secara konsisten dalam menghadapi situasi yang dihadapi.
Menurut Zakiah Darajat ada 2 macam kepribadian guru yaitu :
1. Guru yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang memerintah dan menyumh yaitu hal seperti ini kurang menyenangkan dalam pendidikan.
2. Guru yang menempatkan sebagai pembimbing bagi anak didiknya yaitu biasanya guru seperti ini sangat menarik dan menyenangkan. Maksudnya yaitu ia akan disenangi dan disayangi oleh anak didiknya.
Bagaimanapun seorang guru memberikan pelajaran bahkan penguasaan materi yang matang tanpa diiringi oleh kepribadian yang baik dan menarik seorang guru bisa menjadi guru yang ideal.
Menurut Thomas Gordon yang disebut oleh Drs. Mudjito definisi guru ideal diambil dari mitos umum tentang guru dan pengajaran yaitu:
1. Guru yang baik adalah guru yang kalem tidak pernah berteriak dan bertempramen baik selalu tenang dan tak pernah menunjukkan emosi yang tinggi.
2. Guru yang tidak pernah berprasangka buruk.
3. Menerima anak didik dengan semua pandangan yang sama.
4. Menyediakan lingkungan belajar yang menarik,merangsang atau stimulus, tenang bebas dan sesuai dengan aturan setiap saat.
5. Selalu konsisten dan mempunyai pengetahuan yang banyak dibandingkan oleh anak-anak muridnya.
Menurut M.L Soelaiman, ada resep tentang bagaimana mengolah dan memasak guru yang diambil dari inggris yang kira-kira berbunyi "carilah seorang ppribadi yang muda, kuat dean menarik, kemudian kupaslah segala sifatnya yang berlebih-lebihan dalam bentuk suara, pakaian dan tindak tanduknya yang mungkin membungkusnya. Kemudian tuangkanlah dengan suatu adonan berupa campuran dank keberanian Abu Daud, kebijaksanaan seperti nabi Sulaiman, seperti kekuatan Samson dan Kesabaran nabi Ayyub, yaitu dalam takaran sama banyaknya. Bumbunya adalah garamnya pengalaman, ladanya semangat, dan minyaknya simpati dan jangan lupa humor sebagai bumbu penyedapnya.
Maksudnya dari penjelasan diatas adalah untuk menjadi guru yang baik, kepribadian guru harus lebih kuat baik fisik maupun mental. Sebab dalam tugasnya guru mempunyai wewenang dalam mengahadapi tugas dan tanggung jawab yang cukup berat, kemudian guru harus berjiwa muda yang dapat menyelami gejolak perasaan serta liku-liku hidup generasi muda dan harus mempunyai daya tarik agar dapat mendekati dan didekati oleh siswa.
Untuk menjadi guru yang berkompetensi, maka guru harus mengembangkan kepribadiannya yang meliputi:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berperan sebagai masyarakat sebagai warga negara yaitu yang berjiwa Pancasila.
3. Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru.
Ketiga hal diatas dianggap perlu karena seluruh ranah kompetensi guru wajib menjalankan apa-apa yang dianggap sebagai norma dan falsafah hidup suatu bangsa, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah syarat wajib yang harus dimilikioleh setiap warga negara bukan hanya seorang guru yang memilikinya, karena syarat dari warga negara Indonesia diantaranya adalah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain beriman kepada tuhan Yang Maha Esa seorang guru hendaknya harus menyatu dengan masyarakat karena disamping sebagai guru tersebut sebagai contoh panutan/tauladan bagi anak didiknya dimasyarakat tersebut juga bagian dari masyarakat yang mempunyai satu kesatuan dan saling ketergantungan. Namun hal yang paling terpenting dalam kehidupan seorang guru adalah pengembangan sifat-sifat terpuji dan akhlakul karimah yaitu sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam bagi seorang guru. Kepribadian guru juga merupakan salah satu faktor terpenting didalam melakukan atau melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Abu Ahmadi seorang guru yang berhasil dituntut untuk beriskap hangat, adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari susut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Dalam arti tindakan itu benar ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan, efisien, efektif dan memiliki daya tarik dilihat dari sudut teknologi dan baik ditinjau dari sudut etika.
Secara etimologis kata guru berasal dari bahasa sansekerta yang mempunyai arti yang dihormati. Seorang guru pada hakikatnya adalah seorang pembimbing spiritual bagi seseorang atau kelompok yang dirinya telah menguasai kemampuan spiritual. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.
Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (pasal 1 Ketentuan Umum), definisi Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Jadi, Kompetensi guru adalah himpunan pengetahuan, kemampuan, dan keyakinan yang dimiliki seorang guru dan ditampilkan untuk situasi mengajar. Atau dengan kata lain kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
B. Kepribadian Guru Madrasah Ibtida'iyah
Segenap guru hendaknya mengetahui dan menyadari betul bahwa kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut menetukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan pada sebuah lembaga pendidikan itu sendiri, pada umumnya dan pada tempat ia mengajar pada khususnya. Kepribadian guru akan diserap dan diambil oleh anak didik menjadi unsur dalam kepribadiannya yang sedang tumbuh dan berkembang.
Madrasah Ibtida'iyah di Indonesia bertujuan untuk mencetak anak didik yang menjadi seorang warga negara yang baik, menerima dan mau melaksanakan pancasila dan UUD 1945. Selain itu juga madrasah ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan nilai-nilai yang positif lainnya yang diperlikan bagi seorang muslim yang baik sehat jasmani maupun rohaninya, berpikiran maju dan berminat pada ilmu pengetahuan dan lain-lian. Semua yang ingin dicapai oleh tujuan madrasah ini yang dijabarka dalam kurikulumnya harus dapat benar-benar dipahami dan dilaksanakan oleh semua guru dan tercermin dalam bentuk penampilan kepribadinnya.
C. Kepribadian Guru Madrasah Tsanawiyah
Syarat kepribadian bagi guru madrasah tsanawiyah tidak begitu banyak berbeda dengan guru madrasah ibtida'iyah. Artinya setiap guru yang mengajar pada madrasah Tsanawiyah harus memahami tujuan dari madrasah tsanawiyah tersebut dan selanjutnya harus tercermin dalam bentuk kepribadinnya. Hubungan yang tercermin antara guru dan murid hendaknya dekat kepada kakak dan adik, yang bersifat membimbing dengan penuh rasa pengertian karean para siswa sedang berada dalam umur goncang akibat pertumbuhan jasmani yang sedang dialaminya.
D. Kepribadian Guru Madrasah Tsanawiyah
Guru madrasah aliyah memerlukan persyaratan kepribadian yang hampir sama dengan kepribadian guru di madrasah Ibtida'iyah dan madrasah Tsanawiyah, walaupun bidang study dan keahliannya semakin banyak dan bermacam-macam sesuai dengan jurusannya masing-masing. Kepribadian seorang guru madrasah harus dapat menjamin tercapainya tujuan pendidikan pada madrasah aliyah tersebut secara khusus dan tujuan pendidikan secara umum.
Dalam mencapai tujuan yang berpijak kepada dasar yang telah ditentukan dalam kurikulum madrasah aliyah sangat diperlukan persyaratan kepribadian guru yang akan melaksanakan kuikulum itu. Betapapun baiknya kurikulum itu dan banyaknya buku-buku dan alat pelajaran namun tujuan kurikulum itu tidak tercapai, jika guru yang melaksanakan kurikulum tersebut tidak memahami, tidak menghayati, tidak berusaha mencapainya dengan keseluruhan pribadi dan tenaga yang ada pada guru tersebut.
E. Komponen-Komponen Kompetensi Pribadi
Kemampuan pribadi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mengembangkan kepribadian.
a. Bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa
• Mengkaji ajaran-ajaran yang dianut
• Mengamalkan ajaran yang dianut
• Mencerminkan sikap sal ing menghargai antar umat beragama
b. Berperan dalam masyarakat sebagai warga Negara yang berjiwa pancasila
• Mengkaji berbagai macam manusia pancasila.
• Mengkaji sifat-sifat kepatriotan baangsa Indonesia.
• Menghayati pada patriot dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
• Membiasakan diri menerapka nilai pancasila dalam kehidupan.
• Mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan alamiah buatan
• Membiasakan diri menghargai lingkungan hidup.
c. Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyartkan bagi jabatan guru
• Mengkaji sifat-sifat yang harus dimiliki bagi jabatan guru
• Membiasakan diiri menerapkan sifat-sifat sabar, demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan santun, tanggap terhadap pembaharuan.
2. Berinteraksi berkomunikasi
a. Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan profesional.
• Mengkaji ajaran struktur organisasi Depdiknas
• Mengkaji hubungan kerja professional "Berlatih menerima, memberikan balikan
• Membiasakan diri mengikuti perkembangan profesi.
b. Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan.
• Mengkaji berbagai lembaga kemayarakatan yang berkaitan dengan pendidikan.
• Berlatih menyelenggarakan kegiatan masyarakat yang menunjang usaha-usaha pendidikan
3. Melaksanakan bimbingan penyuluhan
a. Membimbing siswa yang mengalami kesulitan
• Mengkaji konsep dasar bimbingan
• Berlatih mengenai kesulitan belajar murid
• Berlatih memberikan bimbingan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
b. Membimbing murid yang mengalami berbal khusus.
• Mengkaji cirri-ciri anak yang berkelainan berbakat khusus
• Berlatih Mengenal anak yang berkelainan yang berbakat khusus.
• Berlatih menyelenggarakan kegiatan untuk anak yang berkelainan yang berbakat khusus.
4. Melaksanakan Administrasi sekolah
a. Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah
• Mengkaji berbagai jenis sarana administrasi sekolah
• Mengkaji pedoman administrasi sekolah
• Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
• Berlatih membuat mengisi berbagai format administrasi sekolah
• Berlatih menyelenggarakan administrasi sekolah
5. Melaksanakan penelitian sedcrhana untuk keperluan pengajaran.
a. Mengakaji konsep dasar penelitian ilmiah
• Mengkaji konsep dasar ilmiah yang sederhana
• Memahami laporan penelitian sederhana untuk kepentingan pengajaran
b. Melaksanakan penelitian sederhana
• Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
• Membiasakan diri untuk melakukan penelitian untuk keperluan pengajaran
Adapun kemampuan kepribadian guru dalam proses belajar mengajar secara rinci yaitu sebagai berikut:
1. Kemantapan integritas pribadi
Seorang guru dapat dituntut untuk dapat bekerja secara teratur tetapi kreatif dalam mengahadapi ppekerjaannya sebagai guru. Menurut Oemar Hamalik "Kemampuan dalam bekerja hendaknya merupakan karakteristik pribadinya, sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa. Kemantapan integritas pribadi tidak terjadi, dengan sendirinya melainkan tumbuh melalui proses belajar yang sengaja diciptakan . Misalnya : Seorang guru dalam mengajarkan bab masalah muamalah kepada murid, guru tidak boleh sekedar hanya mengajarkan tetapi harus mampu mengaplikasikan juga dalam kehidupannya secara konsisten baik didalam sekolah maupun diluar sekolah dan hal ini pun harus dilatih dan terus dilatih melalui proses belajar mengajar.
2. Peka terhadap perubahan atau pembaharuan
Dimaksudkan agar apa yang dilakukan oleh sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan zaman. Untuk itu kemampuan penelitian merupakan karakteristik yang harus dikuasai oleh guru walaupun dalam bentuk sifat yang sederhana. Sebagai contoh seperti yang kita lihat sekarang dalam kehidupan masyarakat banyak hal-hal yang baru dalam tatanan kehidupannya. Mungkin sesuatu yang baru ini tidak terjadi pada zaman nabi, sehingga nabi tidak menjalaskan masalah hukumnya, jadi seorang guru harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dengan mengadakan suatu penelitian agar tidak terjadi ketinggalan zaman yang disebabkan adanya tatanan baru yang ada dalam kehidupan masyarakat.
3. Berpikir alternatif
Ini dimaksudkan untuk menghindari verbalisme dan absolutisme. Untuk itu panduan belajar untuk setiap pelajaran harus dibuat setiap semester. Guru harus mampu memberikan berbagai alternative jawaban memilih salah satu alternative untuk kelancaran proses belajar mengajar dan meningkatkan akan mutu pendidikan. Misalnya: dalam mengajarkan masalah do'a qunut pada shalat shubuh, seorang guru tidak boleh menekankan pada satu pendapat ulama saja, misalnya ulama mengatakan tidak boleh, karena ini akan mengakibatkan verbalisme tetapi seorang guru harus berpikir alternatif dengan cara memberikan berbagai pendapat-pendapat ulama dari dari berbagai macam rujukan/sumber buku untuk menghindarkan verbalisme pada diri anak didik.
4. Adil, jujur dan objektif
Sifat-sifat ini harus ditunjang dengan mengamalkan nilai-nilai moral, social yang diperoleh dari kehidupan masyarakat serta pengalaman belajar yang diperolehnya. Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya sedangkan jujur adalah tulus ikhlas dalam menjalankan fungssinya sebagai guru. Objektif artinya menjalani aturan-aturan yang ditetapkan tidak pilih kasih. Hal ini memang sangat sesuai dengan kepribadian guru apalagi guru agama, karena dalam materi PAI ada yang membahas masalah tersebut, jadi seorang guru tidak hanya mengajarkan masalah-masalah tersebut, tetapi dituntut untuk mengaplikasikannya didalam kehidupannya sehari-hari bagaimana seorang siswa aka berlaku adil, jujur sesuai yang diajarkan oleh seorang pendidik kalau guru itu sendiri tidak melakukannya.
5. Berdisiplin dalam melaksanakan tugas
Disiplin muncul dari kebiasaan hidup yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaan. Disiplin memerlukan proses pendidikan untuk itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu pendidikan. Disiplin adalah sesuatu yang terletak didalam hati didalam jiwa seseorang yang memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu tidak sebagaimana yang ditetapkan oleh norma-norma aturan yang berlaku. Misalnya, ketika mendapat tugas jam mengajar pada jam pertama,harus dating tepat waktu, jangan sampai terlambat karena hal ini akan menciptkan suatu kondisi yang teratur dalam proses belajar mengajar.
6. Ulet tekun bekerja
Keuletan ketekunan dalam bekerja tanpa mengenal lelah serta tanpa pamrih yang harus diperhatikan oleh guru. Guru harus ulet tekun dalam bekerja sehingga program pendidikan yang telah digariskan dalam kurikulum dapat dijalankan agar dapat tercapai dengan baik. Misalnya, dalam pencapaian tujuan dari materi yang diajarkan, yaitu siswa dapat melaksanakan sekolah dengan baik dan benar. Maka seorang guru harus ulet dan tekun dalam menjalankan tugasnya untuk pencapaian dari tujuan sebuah materi sebelum anak didiknya bisa melaksanakan sholat yang baik dan benar, maka seorang guru harus terus mencoba sampai apa yang diinginkaan dari sebuah kurikulum tersebut dapat tercapai dan berjalan dengan baik.
7. Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya
Guru diharapkan meningkatkan diri mencari cara baru agar mutu dan kualitas pendidikan selalu meningkat, pengetahuan yang dimilikinya selalu bertambah dengan membuka mata terhadap perkembangan zaman dan tidak peka terhadap perubahan-perubahan. Disamping itu guru perlu menjaga semangat kerja yang tinggi sehingga program pendidikan yang dicanangkan dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Apalagi pada saat ini banyak anggapan bahwa pendidikan agama masih dalam tahap tradisional dan masih banyak ketertinggalan, misalnya keterbatasan dalam alat-alat peraga untuk menyampaikan sebuah materi PA1, saat calon guru itu belajar sehingga pemahamannya kurang dari kurangnya pemahaman tersebut menyebabkan ketertinggalan, oleh Karena itu seorang guru harus bekerja keras untuk meningkatkan diri dengan cara mencari hal-hal yang baru.
8. Simpatik,lues, arif/bijaksana sederhana dalam bertindak
Guru harus simpati karena sifat ini aka disenangi oleh siswa, jiwa siswa yang menyenangi gurunya sudah barang tentu akan menyenangi pelajarannya. Demikian juga dalam hal melaksnakan proses belajar mengajar harus menarik dengan daya tarik yang diungkapkan oleh motivasi belajar yang lebih meningkat. Keuletan merupakan factor pendukung untuk disenangi oleh siswa karena guru mampu bergaul berkomunikasi dengan baik. Kebijaksanaan dan kesederhanaan maka menjalin keterikatan batin dengan siswa. Dengan adanya keterkaitan tersebut, guru mampu mengendalikan proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
9. Bersifat terbuka
Dengan dimilikinya sifat terbuka oleh guru maka demokrasi dalam belajar akan terlaksana sebab dengan demokrasi akan mendidik mmelatih siswa untuk bersifat terbuka pula, tidak menutupi kesalahan terus terang mau dikritik untuk dimasa yang akan datang. Misalnya, dalam proses belajar mengajar, salah seorang siswa menanyakan pelajaran yang diajarkannya, karena tidak pahamnya, kemudian guru tersebut tidak bisa mnejawabnya, dikarenakan minimnya pengetahuan maka seorang guru haruslah terbuka dan berterus terang karena hal ini akan menciptakan kondisi belajar yang demokratis.
10. Kreatif
Artinya guru harus mampu melihat berbagai kemungkinan yang menurut perkiraannya sama-sama jitu, kreatifitas itu erat sekali hubungannya dengan kecerdasan. Untuk memperoleh kreatifitas yang tinggi sudah tentu banyak bertanya, banyak belajar. Misalnya di lembaga pendidikan yang terbatas dengan tenaga pendidiknya, sehingga yang mengajarkan PAI bukan dari jurusannya melainkan dari jurusan matematika, hal ini guru tersebut dituntut untuk kreatif, dengan cara belajar kembali ataupun dengan cara banyak bertanya.
11. Berwibawa
Dengan kewibawaan maka proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin tertib. Dengan demikian kewibaan bukan berarti sisa harus takut kepada guru, melainkan siswa akan taat patuh pada peraturan yang berlaku pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru. Sebagai contoh dalam proses belajar mengajar seorang guru ketika menerangkan suatu mata pelajaran harus menjaga pembicaraannya guru tidak boleh bicara yang kotor/tidak masuk akal walaupun bertujuan untuk membuat anak didik senang hal ini tidak boleh dilakukan bagi seorang guru karena akan merusak citra/kewibawaan seorang guru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu pesroalan.
Disamping perangkat dan segala hal yang berhubungan dengan pengajaran dan yang bermuara pada keberhasilan dalam tujuan pendidikan itu, ternyata adalah kepribadian guru juga merupakan hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan pengajaran. Bahkan keberhasilan kepribadian ini dianggap vital karena anaak didik akan mencomtoh dan menyerap dari segala tingkah laku dan penampilan guru saat mengajar.
Seorang guru diharapkan dapat mengimplementasikan baik secara emosional, intelegensi dan spiritual sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara baik, efektif dan efisien. Kepribadian guru PAI diharapkan benar-benar benar-benar teraplikasikan dalam kegiatan proses belajar mengajar, baik dari peserta didiknya maupun dari tenaga pendidiknya itu sendiri sehingga tercapainya tujuan dari pendidkan itu yaitu menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiyah, Kepribadian Guru, Jakarta : Bulan Bintang, 1978.
Gordon, Thomas, Guru Yang Efektif, Jakarta : CV. Rajawali, 1984
Hawi, Akmal, Kompetensi Guru PA I, Palembang, Farah Press, 2010
Http/ fdj. Indrokurniawan. Blogspot.com.2012/05/makalah kepribadian guru.Html
Hamalik, oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001
Soelaeman, Menjadi Guru, Bandung: CV. Diponegoro: 1985
Usman, Moh, Menjadi Guru Profesinal, Bandung: Remaja Rosdakarya: 1995
Wijaya dan Rusyan, Kemampuan dasar guru dalam proses belajar mengajar,
Bandung: Remaja Rosdakarya: 1991