KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul. “Surat Fathir Ayat 12 “ Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi seluruh siswa dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Gumawang, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
Penjelasan Tentang Surat Al-Fathir Ayat 12 2
BAB III PENUTUP 5
3.1. Kesimpulan 5
3.2. Saran 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Latar belakang kami menulis makalah ini adalah mengajak siswa-siswi untuk memahami tentang isi kandungan dari surat Fatir Ayat 12 Surat Fatir tersebut terdiri dari beberapa ayat yaitu ayat 1 – 45.
1.2. Tujuan
Tujuan kami menyusun makalah tentang “Surat Fathir Ayat 12” ini adalah agar kita dapat mengetahui lebih dalam lagi isi kandungan Surat Fathir tersebut.
1.3. Masalah
Dalam makalah inikami membahas tentang :
- Isi kandungan surat fathir
- Terjemah Surat Fathir
- Arti kata demi kata
BAB II
PEMBAHASAN
PENJELASAN SURAT AL-FATHIR AYAT 12
wamaa yastawii lbahraani haadzaa 'adzbun furaatun saa-ighun syaraabuhu wahaadzaa milhun ujaajun wamin kullin ta/kuluuna lahman thariyyan watastakhrijuuna hilyatan talbasuunahaa wataraa lfulka fiihi mawaakhira litabtaghuu min fadhlihi wala'allakum tasykuruun
[35:12] Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.
Wallahu khalaqakum min turabin (dan Allah menciptakan kamu dari tanah). Ayat ini pun menunjukkan kebenaran ba’ats dan berbangkit. Makna ayat: Dia menciptakan kamu pada pertama kalinya dari tanah; seluruhnya tercakup dalam penciptaan Adam.
Tsumma min nuthfatin (kemudian dari air mani). Nuthfah berarti air bening yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang iga, baik air itu sedikit maupun banyak. Makna ayat: Kemudian Dia menciptakan masing-masing kamu dari nuthfah. Penciptaanmu dari tanah karena Adam, nenek moyangmu, diciptakan dari tanah, sedangkan keturunannya diciptakan dari nuthfah melalui proses kelahiran.
Tsumma ja’alakum azwajan (kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan). Yakni menciptakan kamu beberapa jenis: berkulit merah, putih, dan hitam; laki-laki dan perempuan. Qatadah menafsirkan dengan: Dia menjadikan sebagian kamu sebagi pasangan bagi yang lain.
Wama tahmilu min untsa wala tadla’u illa bi’ilmihi (dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan pengetahuan-Nya), melainkan mengikuti kehendak-Nya. Makna ayat: tiada kehamilan dan kelahiran yang dialami seseorang melainkan Dia mengetahuinya. Dia mengetahui tempat kehamilan dan kelahirannya, termasuk hari, jam, dan keadaan bayinya; apakah cacat atau sempurna, laki-laki atau perempuan, dan sebagainya.
Wama yu’ammaru min mu’ammarin (dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang). Mu’ammar ialah orang yang dipanjangkan usianya. Min mu’ammarin berarti seseorang yang berusia panjang. Makna ayat: tidaklah usia seseorang dipanjangkan dan direntangkan.
Wala yunqashu min ‘umurihi (dan tidak pula dikurangi umurnya). ‘Umur berarti masa diisinya badan dengan kehidupan. Pengurangan umur orang yang dipanjangkan umurnya adalah mustahil. Kata ‘umurihi diungkapkan dengan gaya berpanjang kata sebab percaya kepada pemahaman penyimak bahwa dlamir hi tidak merujuk kepada mu’ammar, tetapi kepada seseorang, sehingga penggalan itu bermakna: tidak pula dikurangi umur seseorang. Namun, bukan berarti tidaklah umur seseorang dikurangi setelah umurnya ditambah, tetapi tidak dikurangi sejak awal.
Illa fi kitabin (melainkan ditetapkan dalam Kitab), yaitu Lauh Mahfuzh, atau dalam pengetahuan Allah, atau pada catatan amal setiap manusia.
Inna dzalika (sesungguhnya yang demikian itu), yaitu penciptaan dan seterusnya yang membingungkan akal dan pemahaman.
‘Alalllahi yasirun (bagi Allah adalah mudah) karena Dia tidak memerlukan aneka sarana. Demikian pula dengan ba’ats.
Ketahuilah bahwa pertambahan dan pengurangan pada ayat di atas dikaitkan dengan dua usia. Kalau bukan begitu maksudnya, maka berlainan dengan pandangan mayoritas teolog yang dianut mayoritas ulama, yaitu bahwa usia seseorang tidak dapat ditambah atau dikurangi.
Ulama lain berkata: Pertambahan dan pengurangan itu dilihat dari beberapa sarana yang telah ditetapkan dalam Lauh Mahfuzh. Misalnya, jika si Fulan berhaji, maka usianya menjadi 60 tahun. Jika tidak berhaji, maka hanya 40 tahun. Atau jika dia sedekah atau silaturahim, maka usianya menjadi 80 tahun. Kalau tidak, maka hanya 50 tahun. Pandangan ini seperti diisyaratkan dalam atsar,
Sedekah dan silaturahim dapat menghangatkan rumah dan menambah usia.
Pendapat lain menegaskan: Yang dimaksud dengan pengurangan ialah usia yang dilalui sehingga menjadi berkurang, sebab usianya telah ditetapkan sekian dan sekian tahun. Lalu dicatat pula bahwa usianya berkurang sehari, dua hari, dan seterusnya hingga seluruh jatahnya habis.
Ibnu Abbas berkata: Allah Ta’ala menetapkan usia bagi setiap orang yang akan dihabiskannya. Jika siang dan malam merambat, pasti berkuranglah jatah usianya.
Ulama lain menafsirkan: Berkurangnya usia berarti menggunakannya bukan untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala.
Dan tiada sama antara dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. (QS. Fathir 35: 12)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari surat Fathir Ayat 12 tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui isi kandungan surat tersebut dari segi baik buruknya tentang masalah-masalah yang terkandung di dalamnya.
3.2. Saran
Setelah selesainya membahas materi tersebut. Disini masih banyak kekurangan dari pada benarnya, maka dari itu kami penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Atas sarannya, penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini berguna bagi penyusun dan pembaca.