KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kerajaan sriwijaya
adalah salah satu kerajaan maritim yang
juga cukup berpengaruh terhadap sejarah-sejarah nasional di nusantara yaitu sebagai daerah
persinggahan para pedagang dari India ,China , dan Arab yang berlayar melewati
selat malaka menuju Eropa.
Tujuan dari makalah
ini adalah meningkatkan pemahaman sejarah kewilayahan Palembang dan sekitarnya.
Untuk itu penulis mengkaji lebih dalam materi sejarah ini ke dalam bentuk
makalah yang sesuai dengan permasalahan yang ada.
Akhir kata, penulis
ucapkan terimakasih kepada para pembimbing yang membimbing dalam pembuatan
makalah ini, kepada orang tua yang telah memberikan ijin, serta teman-teman
yang selalu mendukung. Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk kita
semua. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan, sebagai upaya penyempurna makalah ini.
Belitang, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 3
BAB III PENUTUP .......................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 10
3.2 Saran ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sriwijaya merupakan
kerajaan Melayu Kuno di Sumatera yang berpengaruh di nusantara ( 683-1100 M ). “Sri”
berarti gemilang. “Wijaya” berarti kejayaan. Sekitar tahun 500 M,
Sriwijaya mulai berkembang di sekitar Palembang. Tiga zona utama : ibukota
muara berpusat di Palembang (diperintah raja ), daerah pendukung di lembah
Sungai Musi (diperintah datu setempat
), dan daerah pesaing yang menjadi pusat kekuasaan saingan. Selain
itu, Kerajaan Sriwijaya juga merupakan salah satu kerajaan maritim yang ada di Nusantara. Kawasan
pesisir timur Pulau Sumatera dilihat dari sudut pandang geohistorisnya memiliki
posisi yang sangat strategis bagi dunia pelayaran, ditambah dengan kekayaan
alamnya yang berlimpah, Sumatera Selatan banyak dikunjungi oleh
pedagang-pedagang asing, terutama dari Arab, india, dan China, sejak awal
tarikh masehi. Maka tidak heran jika masyarakat Sumatera Selatan pada masa lalu
cepat berkembang dan kemudian melahirkan sebuah kerajaan besar yang bernama
Sriwijaya. Letak
Sriwijaya sendiri secara pasti masih banyak dipertanyakan. Banyak pendapat yang
mengungkapkan tentang letak Sriwijaya dengan pendapat mereka yang berbeda-beda.
Namun, dengan adanya temuan-temuan arkeolog setelah melakukan eksvasi di
beberapa tempat di wilayah sekitar 20 hektar di kawasan Karang Anyar ditemukan
bukti-bukti yang memperkuat letak Kerajaan Sriwijaya. Hasil temuan berupa situs
pemukiman kuno , serta temuan manik-manik, gerabah, atau keramik dari Dinasti
Sui, maka makin kuatlah pendapat bahwa Palembang adalah pusat Kerajaan
Sriwijaya. Walaupun
begitu, mungkin saja setiap versi masing-masing memiliki kebenaran. Sebab,
sebagai negara maritim yang kaya dan dinamis seperti Sriwijaya,
berpindah-pindah ibukota dalam rentang waktu lebih dari lima abad bukanlah
suatu hal yang mustahil.
Dari
hal ini, penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang Kerajaan Sriwijaya sebagai
daerah persinggahan para pedagang India, China, dan Arab karena letak Sriwijaya
yang strategis untuk jalur pelayaran dan dari hal ini Sriwijaya menjadi pusat
perdagangan Asia Tenggara.
Oleh
karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil judul “
LETAKNYA YANG STRATEGIS, SRIWIJAYA MENJADI JALUR PELAYARAN PARA PEDAGANG INDIA,
CHINA, DAN ARAB.”
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dijelasakan di atas, maka rumusan masalah yang ada dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan
Kerajaan Sriwijaya mampu menjaga kelestarian dominasinya atas Selat Malaka
sebagai jalur pelayaran India, Hina dan Arab sebagai pusat perdagangan ?
2.
bukti-bukti terkait mengenai persinggahan para
pedagang dari India, China, dan Arab ?
1.3 Tujuan
Tujuan
dari penlisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk penulis, agar mampu mengembangkan
kreativitasnya dalam penulisan makalah yaitu melalui sejarah Palembang
2.
Untuk pembaca, agar menambah wawasan/pengetahuan
dalam sejarah Palembang
3.
Untuk penulis dan pembaca, meningkatkan
pemahaman sejarah kewilayahan Palembang dan sekitarnya
4.
Untuk membangkitkan semangat kita, yaitu
agar lebih mencintai tanah air melalui
pemahaman sejarah, yang tak lain adalah sejarah Palembang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerajaan
Sriwijaya adalah kerajaan maritim
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah
satu kerajaan besar yang bukan saja dikenal di wilayah Indonesia, tetapi
dikenal di setiap bangsa atau negara yang berada jauh di luar Indonesia.
Luasnya wilayah laut yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya
sebagai kerajaan maritim yang besar pada zamannya. Pada abad ke 7
hingga 13 M, Sriwijaya mengalami zaman keemasan. Pada masa kegemilangannya,
banyak pendatang dari mancanegara singgah ke Sriwijaya sekadar untuk tetirah
atau berniaga. Beragam jenis kapal bertambat di pelabuhan Sungai Musi. Sebagai
kerajaan maritim, namanya dikenal hingga ke mancanegara. Kekuatan maritim dapat
dilacak dari peninggalan kemudi kapal Sriwijaya yang ditemukan di Sungai Buah,
Palembang, pada 1960-an. Kemudi yang terbuat dari kayu onglen hitam itu
panjangnya mencapai delapan meter. Tak heran kalau armada kapal milik Sriwijaya
mampu berlayar ke China dengan membawa komoditas perkebunan, seperti cengkeh,
pala, lada, timah, rempah-rempah, emas, dan perak. Barang-barang itu dibeli
atau ditukar dengan porselin, kain katun, atau kain sutra. Hal ini disebabkan letak yang sangat
strategis dan dekat dengan Selat Malaka, banyak pedagang-pedagang asing yang datang
untuk melakukan aktivitas di Kerajaan Sriwijaya.Telah kita ketahui, Selat
Malaka pada saat itu merupakan jalur perdagangan yang sangat ramai dan dapat
menghubungkan antara pedagang-pedagang dari Cina dengan India maupun Romawi.
|
|
|
Gambar(ilustrasi). Armada
laut andalan Sriwijaya untuk melindungi
wilayah kedaulatan dan
kekuasaannya
Dari tepian
Sungai Musi di Sumatra Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya terus meluas yang
mencakup Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa bagian barat,
Bangka, Jambi Hulu, dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara), Semenanjung
Malaya hingga ke Tanah Genting Kra. Keberhasilan Kerajaan Sriwijaya berkuasa
atas semua selat itu menjadikannya sebagai penguasa tunggal jalur aktivitas
perdagangan dunia yang melalui Asia Tenggara, telah memungkinkan
daerah-daerah pesisir di wilayah ini menjadi tempat persinggahan para pedagang
dari barat ke timur serta sebaliknya. Berita tentang Kerajaan Sriwijaya
berasal dari seorang musafir Cina bernama I-tsing
(671 M). Berita lain berasal dari tahun 683 M dengan ditemukannya Prasasti
Kedukan Bukit di Bukit Sigutang (dekat Palembang). Prasasti mi menyebutkan bahwa
seorang raja yang bijaksana berlayar ke luar negeri untuk mencari kekuatan
gaib. Usaha besar yang dimaksudkan itu adalah perjalanan ekspedisi Raja
Sriwijaya yang berhasil dengan gemilang menaklukan Bangka dan Melayu (di Jambi).
Prasasti Kota Kapur (686 M) yang ditemukan di Pulau Bangka menyatakan bahwa
penduduk Pulau Bangka tunduk pada Kerajaan Sriwijaya.
2.2 Sriwijaya menjaga dominasinya atas selat malaka
Letak
geografis Sumatera yang telah disinggung sebelumnya sungguh baik sekali untuk
turut serta dalam kegiatan perdagangan internasional yang mulai berkembang
antara India dengan daratan Asia Tenggara sejak awal tarikh masehi.
Salah
seorang peneliti perkembangan sejarah Sriwijaya dari segi ekonomi dan
perdagangan adalah W. Wolters. Beliau seorang guru besar sejarah Asia Tenggara
dari Universitas Cornell, Amerika Serikat. Dalam buku “Early Indonesian Commerce”, ia menerangkan bahwa meskipun Sriwijaya
terletak di pantai yang penduduknya relatif sedikit, negeri ini mampu
mengerahkan sumberdaya manusia dari pemukiman-pemukiman yang tersebar di
selatan Selat Malaka. Ia mengatakan, Palembang hanyalah pusat. tujuan ekspedisi
angkatan laut Sriwijaya dengan menaklukkan Kedah dan pelabuhan-pelabuhan vital
lainnya bukan sekadar meluaskan teritorial, tetapi untuk menduduki
tempat-tempat strategis dalam jalur perdagangan utama. Penguasa-penguasa lokal
dibiarkan terus berkuasa sebagai bawahan Sriwijaya.
Faktor-faktor yang mendorong Sriwijaya
menjadi kerajaan besar adalah letaknya yang strategis di
jalur perdagangan, kemajuan pelayaran dan perdagangan antara China dan India
melalui Asia Tenggara, runtuhnya kerajaan Funan di Indochina sehingga Sriwijaya
bisa menggantikan perannya, Sriwijaya mampu melindungi pelayaran, perdagangan
di perairan Asia Tenggara dan memaksa singgah di pelabuhan-pelabuhanya.
Hubungan
Sriwijaya dengan negara Cina, India, dan Arab terjalin dengan baik. Catatan Hsin-tang-shu dan Sung-shih, banyak mencatat
kedatangan utusan dari Sriwijaya. Utusan Sriwijaya kali pertama datang ke
negeri Cina tercatat dalam kronik Cina pada tahun 670 M. Sejak tahun 1178 M
utusan Sriwijaya tidak pernah lagi datang ke negeri tirai bambu. Juga tercatat,
banyak kapal Ta-shih (negeri Arab dalam penyebutan orang Cina) berlabuh di
pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya, dan bahkan di setiap kota dagang di bawah
kekuasaan Sriwijaya telah ada pemukiman pedagang-pedagang Islam. Juga disebutkan bahwa Sriwijaya kala itu sudah mempunyai 14
kota dagang.
Sriwijaya,
nama bercahaya itu, kemaharajaan maritim yang menguasai Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Filipina, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja,
Vietnam, Sri Lanka, bahkan sampai Madagaskar ( 3.300 mil dari ibukota Sriwijaya
) itu menjadi negeri bahari yang hebat hingga abad ke-13. Dengan wilayah kekuasaan itu,
Kerajaan Sriwijaya menjadi Kerajaan Laut terbesar di Asia Tenggara.
Gambaran tentang
Kerajaan Sriwijaya umumnya didasarkan pada tulisan para pendatang yang pernah
singgah,diantaranya sebagai berikut :
· Sumber Cina
Kunjungan I-tsing, seorang peziarah Budha dari China pertama adalah tahun
671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa, saat
itu terdapat lebih dari seribu orang pendeta Budha di
Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha tersebut sama dengan aturan
dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha di India.
I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya untuk belajar
bahasa Sansekerta, setelah itu, baru ia berangkat ke Nalanda,
India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya
dan tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks
Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina.
Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara
rutin ke Cina, yang terakhir adalah tahun 988 M. dapat diketahui bahwa pedagang-pedagang Kerajaan Sriwijaya telah menjalin
hubungan perdagangan dengan pedagang-pedagang Cina. Para pedagang Cina sering
singgah di Kerajaan Sriwijaya untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke
India maupun Romawi.
· Sumber Arab
Arab, Sriwijaya disebut Sribuza.
Mas‘udi,
seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan
tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya
merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat
banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu
gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir
dan beberapa hasil bumi lainya. Dapat di-ketahui juga bahwa banyak pedagang Arab yang
melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Bahkan di pusat Kerajaan
Sriwijaya ditemukan perkampungan-perkampungan orang-orang Arab sebagai tempat
tinggal sementara. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga diketahui dari sebutan
orang-orang Arab terhadap Kerajaan Sriwijaya seperti Zabaq, Sabay, atau
Sribusa.
· Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari
kerajaan yang ada di India seperti dengan Kerajaan
Nalanda, dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan Nalanda
disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Sumber
lain, pada tahun 1886 Beal mengemukakan pendapatnya bahwa,
Shih-li-fo-shih merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi, Sumber lain,
yaitu Beal mengemukakan pendapatnya pada tahun 1886
bahwa, Shih-li-fo-shih merupakan suatu daerah yang
terletak di tepi Sungai Musi. Dapat diketahui juga bahwa raja dari Kerajaan
Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan yang ada di
India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola.
Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan satu
prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Dalam prasasti tersebut
dinyatakan Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5
desa dari pajak. Sebagai gantinya, kelima desa itu wajib membiayai para
mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Di
samping menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga
menjalin hubungan dengan Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India
Selatan. Hubungan ini menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai
Selat Malaka.
F.H. van
Naerssen dan R.C. de Longh, menyatakan ada dua
faktor yang menyebabkan Sriwijaya mampu menjaga kelestarian dominasinya atas
Selat Malaka yang strategis tersebut. Faktor pertama adalah hubungan pusat
kerajaan dengan masyarakat pantai sebagai daerah bawahannya. Faktor
kedua adalah hubungan penguasa Sriwijaya dengan negara-negara besar
lainnya (Cina dan India). Selain itu, bahwa
armada Kerajaan Sriwijaya yang kuat juga dapat menjamin keamanan aktivitas
pelayaran dan perdagangan. Armada Sriwijaya juga dapat memaksa perahu dagang
untuk singgah di pusat atau di bandar Kerajaan Sriwijaya. Namun Sriwijaya juga
mampu memenuhi kewajibanya kepada mereka yang bedagang denganya serta menjamin
keamanan jalur-jalur pelayaran yang menuju ke Sriwijaya. Diduga juga bahwa pola
pengamanan yang ditempuh adalah dengan memasukkan kepala-kepala kelompok bajak
laut dalam ikatan dengan kerajaan.
Seperti
yang diutarakan oleh Wolters dalam bukunya O.W. Wolters, kemampuan melayari lautan saja belum dapat menumbuhkan suatu
keadaan perdagangan. Disamping kemampuan pelayaran, harus pula ditambahkan
kepercayaan dunia perdagangan. Para perdagangan harus yakin bahwa berdagang
dengan tempat itu akan mendatangkan keuntungan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa berkat armada Sriwijaya yang kuat maka ia berhasil menguasai
daerah-daerah yang potensial dapat menjadi saingannya bahkan dapat ia taklukan
menjadi di bawah kendalinya. Sriwijaya mewajibkan setiap kapal dagang
yang lewat Selat Malaka untuk singgah ke pelabuhan Sriwijaya. Oleh karena itu,
kerajaan tersebut sering dikunjungi para pedagang dari Persia, Arab, India, dan
Cina untuk memperdagangkan barang-barang
dari negerinya atau negeri-negeri yang dilaluinya. Barang-barang
tersebut antara lain berupa tekstil, kapur barus, mutiara, kayu berharga,
rempah-rempah, gading, kain katun dan sengkelat, perak, emas, sutera, pecah
belah serta gula. Sriwijaya
menjadi pengendali rute perdagangan rempah yang mengenakan biaya atas setiap
kapal yang lewat. Pelabuhan dan gudang perdagangan dibangun untuk melayani
pasar Tiongkok dan India. Tahun 903, penulis muslim, Ibnu Batutah, sangat
terkesan dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang
( Bukit Seguntang ), Muara Jambi dan Kedah.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang penulis buat, semoga bermanfaat untuk kita semua.
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan
dari makalah ini adalah bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan
yang berpengaruh di Nusantara terutama dalam bidang pelayaran dan perdagangan.
Sebagai daerah persinggahan para pedagang Arab, India, dan China, terbukti
memang letak Sriwijaya yang sangat strategis. Selain itu Sriwijaya juga mampu
menjalin hubungan dagang yang aktif terhadap
Persia, China, dan pulau Jawa. Armada yang kuat pun ikut mempengaruhi
kelancaran pelayaran para pedagang sehingga lebih terjaminnya kerja sama dagang
antara Sriwijaya dengan para pedagang-pedagang itu.
Adapun bukti-bukti
yang menyebutkan hubungan Sriwijaya itu sendiri dengan para pedagang adalah berupa berita-berita yang
banyak diambil dari sumber-sumber luar yaitu para pedagang-pedagang itu
sendiri. Misalnya berita dari Arab, berita
dari india, berita dari China, dan lain-lain.
3. SARAN
Berkaitan dengan penulisan makalah ini, penulis menyadari begitu banyak
kekurangan. Oleh karena itu sebaiknya dalam penulisan makalah ini, diharapkan
untuk mencari/mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang secara lengkap dan akurat
agar dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Djuned Marwati dan Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta.
Balai Pustaka.
http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/provinsi/detail/16/sumatera-selatan#profil
http://jejakbrowsing.wordpress.com/2011/05/07/sejarah-bangsa-indonesia-kebesaran-sriwijaya/
Sumber: http://visipramudia.wordpress.com/2008/05/07/sejarah-bangsa-indonesia-kebesaran-sriwijaya/
putrhttp://iannnews.com/ensiklopedia.php?prov=6a-putranya dengan putri
raja-raja
http://www.beritamusi.com/berita/2011-05/di-masa-sriwijaya-terdapat-pemukiman-muslim/
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/F2058EA0-F4D4-4881-8B3F-4C1A4913ECF0/789/NusantarasdAwalAbadke19.pdf
Nusantara Sebelum Kedatangan
Bangsa Barat